KITATAHU.ID – Dahulu Nusantara terbentuk dari dua ujung Superbenua Pangaea di zaman Mesozoikum sekitar 250 juta tahun lalu, namun bagian dari lempeng benua yang berbeda.
Dua bagian ini bergerak mendekat akibat pergerakan lempengnya, sehingga saat zaman es terakhir (20.000 – 10.000 tahun lalu) telah terbentuk selat besar di antara paparan Sunda di barat dan paparan Sahul (Australia-Papua) di timur.
Pulau lainnya seperti Pulau Sulawesi, Lombok, Halmahera dan beberapa pulau lain mengisi ruang di antara dua bagian benua yang berseberangan. Kepulauan ini disebut sebagai Wallacea.
Karena letaknya di pertemuan antara Lempeng Eurasia di Barat, Lempeng Indo-Australia di Selatan, dan Lempeng Pasifik di Timur laut menjadikan Nusantara sebagai daerah vulkanik aktif yang memberi kekayaan mineral sehingga bagus digunakan untuk pertanian. Walau begitu, daerah pertemuan 3 lempeng ini juga rawan gempa bumi.
Nusantara juga terletak di daerah tropika yang memiliki laut hangat dan mendapat penyinaran cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun dengan intensitas tinggi. Hal ini mendorong terbentuknya ekosistem yang kaya keanekaragaman makhluk hidup.
Wilayah Nusantara merupakan titik pertemuan dua provinsi flora dan tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat proses evolusi yang berjalan terpisah. Wilayah bagian paparan Sunda yang tidak terlalu jauh dari ekuator, memiliki fauna tipe Eurasia, sedangkan wilayah bagian Paparan Sahul di Timur memiliki fauna tipe Australia.
Kawasan Wallacea membentuk jembatan bagi pencampuran dua tipe ini, yang memiliki tipe yang khas.
Manusia pertama di Nusantara
Makhluk mirip manusia (hominin) yang menghuni Nusantara yang diketahui adalah manusia Jawa.
Pada tahun 1891, ditemukan satu bagian tengkorak Pithecanthropus Erectus oleh Eugene Dubois di Trinil, Kabupaten Ngawi. Di tahun 1934, G.H.R. von Koenigswald dan timnya menemukan serangkaian fosil hominin di lembah sepanjang Bengawan Solo.
Para ahli Paleontologi berpendapat bahwa semua fosil temuan dari Jawa adalah Homo Erectus dan merupakan bentuk primitif.
Masuknya Austromelanesoid dan Austronesia ke Nusantara
Lalu temuan fosil tentang Homo-sapiens di Nusantara yang diduga masuk melalui India dan Indocina, menunjukkan ciri-ciri Austromelanesoid, suatu subras dari ras Negroid yang sekarang dikenal sebagai penduduk asli Pulau Papua, Melanesia, dan Benua Australia.
Mereka termasuk dalam kultur Paleolitikum (Zaman Batu Tua) yang belum mengenal tentang budidaya tanaman atau beternak dan hidup meramu (berkumpul dan berburu).
Mereka bergerak masuk ke wilayah Nusantara ini diperkirakan terjadi pada rentang waktu antara 70.000 dan 60.000 tahun lalu. Bergerak ke Kawasan timur, Paparan Sunda.
Selanjutnya, kira-kira sekitar 2500 tahun sebelum Masehi, terjadi migrasi oleh Rumpun Bahasa Austronesia dari Taiwan ke Filipina, kemudian ke selatan dan masuk ke Nusantara. Mereka adalah nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara.
Orang Austronesia ini telah paham cara Bertani, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga telah memiliki system tata pemerintahan sederhana yang memiliki pemimpin (raja kecil).
Kedatangan imigran dari India pada abad akhir sebelum Masehi memperkenalkan pada mereka tentang system tata pemerintahan yang lebih maju yaitu Kerajaan.